KEKAYAAN INTELEKTUAL UNTUK NEGERI

Akhir-akhir ini banyak produk kreatif Indonesia yang sebagian besar warisan budaya bangsa banyak di klaim oleh negara tetangga, padahal bila negara lebih memberikan perhatian atau kemudahan dalam pemberian Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada produk tersebut

TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori perlu didukung oleh berbgai riset yang didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji kebenarannya.

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

stilah “sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik,sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memilikicara pandang dan definisi yang berbeda-beda.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI : PERSPEKTIF AKUNTAN

Jika memperhatikan arus informasi internal dan eksternal. Dapat di ketahui bahwa ada 3 pelaku interaksi antara perusahaan dengan para pengguna dalam lingkunagn eksternal yaitu pemegang kepentingan dengan pemasok dan pelanggan.

PENGANTAR PROSES TRANSAKSI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

Terdapat tiga siklus transaksi yang memproses sebagian besar aktivitas ekonomi perusahaan, yaitu pengeluaran, siklus konversi, dan siklus pendapatan.

Jumat, 13 Desember 2013

THE RESEARCH PROCESS ; ELEMENTS OF RESEARCH DESIGN

DESAIN PENELITIAN
        Setelah mengidentifikasi variabel dalam suatu situasi masalah dan mengembangkan kerangka teoretis, langkah selanjutnya adalah mendesain penelitian sehingga data yang diperlukan dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi. Terdapat enam aspek dasar desain penelitian yaitu tujuan studi, jenis investigasi, tingkat intervensi, konteks studi, unit analisis, dan horizon waktu studi. Aspek-aspek lainnya yakni, pengukuran, metode pengumpulan data, desain sampel, dan analisis data.

TUJUAN STUDI : EKSPLORATIF, DESKRIPTIF, PENGUJIAN HIPOTESIS (ANALITIS DAN PREDIKTIF), ANALISIS STUDI KASUS
        Studi dapat bersifat eksploratif atau deskriptif, atau dilakukan untuk menguji hipotesis. Studi kasus merupakan penyelidikan studi yang dilakukan dalam situasi organisasi lain yang mirip, yang juga merupakan metode pemecahan masalah, atau untuk memahami fenomena yang diminati dan menghasilkan pengetahuan yang lebih lanjut tentang fenomena tersebut.
        Studi kasus bergantung pada tahap peningkatan pengetahuan mengenai topik yang diteliti. Keputusan desai menjadi semakin ketat saat kita berlanjut pada tahap eksploratif, dimana kita berusaha mengeksplorasi bidang penelitian organisasi yang baru ke tahap deskriptif; kita mencoba menjelaskan karakteristik tertentu dari fenomena yang menjadi pusat perhatian ke tahap pengujian hipotesis; menguji apakah hubungan yang diperkirakan memang terbukti dan jawaban atas penyataan penelitian telah diperoleh. Berikut tahap – tahap nya secara rinci :
1.       Studi ekspolaratif (exploratory study)
Studi ekspolaratif dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Dalam kasus tersebut, studi awal yang ekstensif perlu dilakukan untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena situasi, dan memahami apa yang terjadi sebelum kita membat sebuah model dan menyusun desain ketat untuk investigasi menyeluruh.
2.       Studi deskriptif (descriptive study)
Studi deskriptif  dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Cukup sering, studi deskriptif dilakukan di organisasi untuk mempelajari dan menjelaskan karakteristik sebuah kelompok karyawan, misalnya usia, tingkat pendidikan, status kerja, dan lama kerja orang Hispanik atau Asia, yang bekerja dalam sistem..
3.       Pengujian hipotesis (hypothesis testing)
Yang termasuk dalam pengujian hipotesis, biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi.
Studi deskriptif yang menampilkan data yang bermakna membantu dalam :
Ø  Memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu.
Ø  Memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi tertentu.
Ø  Memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut.
Ø  Membuat keputusan tertentu yang sederhana (seperti berapa banyak dan jenis orang seperti apa yang sebaiknya ditransfer dari satu departemen ke departemen lainnya).
4.       Analisis Studi kasus
Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Tetapi, studi kasusu yang bersifat kualitatif berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa lalu. Hal tersebut juga berguna untuk memahami fenomena tertentu dan menghasilkan teori lebih lanjut untuk pengujian empiris.
5.       Tinjuan Tujuan Studi
Dalam studi eksploratif, peneliti pada dasarnya berminat untuk menyelidiki faktor-faktor situasional untuk memperoleh pengertian mengenai karakteristik fenomena yang diteliti. Studi eksploratif tidak dilakukan jika karakteristik atau fenomena yang tampak dalam sebuah situasi diketahui eksis, dan seseorang ingin mampu menjelaskannya secara lebih baik dengan memberikan riwayat mengenai faktor terkait.
JENIS INVESTIGASI : KAUSAL VS KORELASIONAL
             Manajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kausal (causal study) atau korelasional (correlational) untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi. Yang pertama dilakukan adalah menentukan hubungan sebab-akibat yang definitif. Tetapi, jika yang diingankan oleh manajer adalah sekedar identifikasi faktor-faktor penting yang berkaitan dengan masalah, maka studi korelasional dipilih. Studi di mana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah disebut studi kausal  (causal study) dan jika peneliti berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah, studi tersebut disebut studi korelasional  (correlational study).
TINGKAT INTERVENSI PENELITI TERHADAP STUDI
             Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja mempunyai keterkaitan langsung dengan pilihan studi yang dilakukan, kausal atau korelasional. Studi korerasional dilakukan dalam lingkungan alami organisasi dengan intervensi minimum oleh peneliti dan arus kerja yang normal.
             Dalam studi yang dilakukan untuk hubungan sebab-akibat, peneliti mencoba untuk memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi tersebut pada variabel terikat yang diteliti. Dengan kata lain peneliti, peneliti sengaja mengubah variabel tertentu dalam konteks dan mengintervensi peristiwa sejauh peristiwa tersebut terjadi secara normal dalam organisasi
             Tingkat intervensi peneliti bergantung pada apakah studi yang dilakukan korelasional atau kausal dan juga pentingnya menentukan hubungan kausal yang melebihi semua tingkat keraguan. Sebagian besar masalah organisasi jarang membutuhkan studi kausal. Dalam semua kasus, intervensi peneliti menjadikan perubahan dalam situasi yang mana studi kausal jarang dilakukan, kecuali dalam beberapa bidang penelitian.
SITUASI STUDI : DIATUR DAN TIDAK DIATUR
                Penelitian organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, dimana pekerjaan berproses secara normal (yaitu dalam situasi tidak diatur)  atau dalam keadaan artifisial dan diatur. Studi korelasional selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan kebanyakan studi kausal yang ketat dilaksanakan dalam situasi yang diatur. Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan. Studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama, dimana karyawan berfungsi secara normal  disebut eksperimen lapangan. Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat yang melampaui kemungkinan dari dugaan yang meragukan dalam pembuatan sebuah lingkungan yang artifisial dan teratur, dimana semua faktor yang tidak berhubungan dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama dipilih dengan hati-hati untuk merespon stimuli tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab experiment).  
UNIT ANALISIS : INDIVIDUAL, PASANGAN, KELOMPOK, ORGANISASI, KEBUDAYAAN
             Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data selanjutnya. Jika misalnya, pernyataan masalah berfokus  pada bagaimana meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu karyawan organisasi dan harus menemukan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi mereka maka ini yang disebut individu (individual). Jika peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang atau dikenal sebagai pasangan menjadi unit analisis. Tetapi jika pernyataan masalah berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit analisis adalah pada tingkat kelompok. Bila kita membandingkan departemen yang berbeda dalam organisasi, maka analisis data akan dilakukan pada tingkat departemen. Karena itu, individu di dalam departemen akan diperlakukan sebagai satu unit – dan perbandingan dibuat dengan memperlakukan departemen sebagai unit analisis.
HORISON WAKTU (STUDY CROSS-SECTIONAL DAN STUDY LONGITUDYNAL)
Study One- Shot Atau Cross-Sectional
                Study one-shot atau cross-sectional merupakan studi yang dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. 
Study Longitudinal
             Tetapi jika peneliti ingin mempelajari orang atau fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian disebut study longitudinal. Misalnya peneliti mungkin ingin mempelajari perilaku karyawan, sebelum dan sesudah pergantian manajemen puncak, untuk mengetahui pergantian tersebut.
TINJAUAN UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN
          Bagian ini menyimpulkan pembahasan mengenai isu desain dasar yang terkait dengan tujuan studi, jenis investigasi, tingkat intervensi peneliti, keadaan study, unit analisis, dan horizon waktu. Peneliti akan menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain studi berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat keketatan  yang diinginkan, serta pertimbangan biaya. Desain penelitian yang ketat yang mungkin memerlukan biaya lebih tingi perlu jika hasil studi sangat penting untuk membuat keputusan penting dalam memengaruhi kelangsungan organisasi dan  keberadaan sebagian besar anggota sistem.
          Desain penelitian yang ketat yang mungkin menuntut biaya lebih tingi adalah perlu jika hasil studi sangat penting untukmembuat keputusan penting untuk mempengaruhi kelangsungan organisasi dan atau keberadaan sebagian besar anggota sistem.
IMPLIKASI MANAJERIAL
             Manajer berada dalam posisi untuk menimbang kepentingan masalah yang dialami dan memutuskan jenis desain seperti apa yang dapat memberikan hasil yang bisa diterima dalam cara yang efisien. Pengetahuan mengenai permasalahan penelitian membantu manajer untuk memahami apa yang dilakukan oleh peneliti. Manajer harus membuat satu keputusan penting sebelum memulai studi yang berkaitan dengan bagaimana keterkaitan studi seharusnya. Mengetahui bahwa desain penelitan yang lebih ketat memakan sumber daya lebih banyak, manajer berada dalam posisi untuk memperhatikan masalah yang dialami dan memutuskan jenis desain seperti apa yang dapat memberikan hasil yang bisa diterima dalam cara yang efisien.
Pengetahuan mengenai interkoneksi diantara beragam aspek pada desain penelitian membantu manajer memutuskan studi yang paling efektif, setelah mempertimbangkan sifat dan besarnya masalah yang dihadapi, dan jenis solusi yang diharapkan.


THE RESEARCH PROCESS : THEORETICAL FRAMEWORK AND HYPOTHESIS DEVELOPMENT

KEBUTUHAN AKAN KERANGKA TEORITIS
Setelah melakukan wawancara, menyelesaikan survey literature, dan mendefinisikan masalah, maka peneliti telah siap untuk membuat kerangka teoritis. Kerangka teoritis merupakan dasar dari penelitian hipotesis-deduktif. dan merupakan dasar dari hipotesis yang akan disusun. Kerangka teoritis memperlihatkan keyakinan terhadap bagaimana fenomena tertentu (atau variabel atau konsep) berhubungan satu sama lain (sebuah model) dan penjelasan bagaimana peneliti yakin bahwa variabel-variabel tersebut berhubungan satu sama lain (sebuah teori).
Proses penyusunan kerangka teoritis mencakup :
·         Memperkenalkan definisi dari konsep atau variabel di dalam model
·         Mengembangkan model konseptual yang dapaqt mendeskripsikan teori
·         Menuju teori yang akan memberikan penjalasan tentang hubungan antar variabel pada model
VARIABEL – VARIABEL
Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama pada objek dan orang yang berbeda. Contoh variabel adalah unit produksi, absensi, dan motivasi.
Jenis – jenis Variabel
1.         Variabel terikat (dependent variabel)
Variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Sasaran penelitian adalah untuk memahami dan mendeskripsikan variabel terikat atau untuk menjelaskan variabilitinya atau memprediksinya. Melalui analisis terhadap variabel terikat (yaitu menemukan variabel yang memengaruhinya), dimungkinkan untuk menemukan jawaban atau solusi dari masalah. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. 
2.         Variabel bebas (independent variabel)
Variabel yang mempengaruhi variabel terikat entah secara positif maupun negatif. Yaitu, jika terdapat variabel bebas variabel terikat juga ada, dan dengan setiap unit kebaika dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. Dengan kata lain, varians variabel terikat ditentukan oleh variabel bebas. Untuk membangun hubungan sebab akibat, keempat kondisi ini harus ada :
·         Variabel bebas dan variabel terikat harus saling berhubungan: dengan kata lain, perubahan pada variabel terikat harus berkaitan dengan perubahan pada variabel bebas.
·         Variabel bebas ( dianggap faktor kausal ) harus mendahului variabel terikat.
·         Tidak ada faktor lain yang mungkin menjadi penyebab perubahan dalam variabel terikat.
·         Penjelasan logis (teori) dibutuhkan untuk menjelaskan mengapa variabel bebas  memengaruhi variabel terikat.
3.       Variabel moderator (moderating variabel)
Variabel yang mempunyai hubungan ketergantungan yang kuat dengan hubungan variabel terikat atau variabel bebas. Dimana, kehadiran variabel ini mengubah hubungan awal antara bebas dan variabel terikat. 
Perbedaan antara variabel bebas dan variabel moderator
Kadang mencul kebingungan mengenai kapan variabel diperlakukan sebagai variabel bebas dan kapan varibel tersebut menjadi variabel moderator. Misalnya, terdapat dua situasi berikut:
Ø  Sebuah studi penelitian mengindikasikan bahwa semakin baik kualitas dari program pelatihan dalam organisasi dan semakin besar kebutuhan pertumbuhan karyawan, semakin besar keinginan mereka untuk mempelajari cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
Ø  Studi penelitian lain mengindikasikan bahwa keinginan karyawan untuk mempelajari cara-cara baru dalam melakukan sesuatu tidak dipengaruhi oleh kualitas dari program pelatihan yang diberikan oleh organisasi kepada semua orang tanpa pembedaan apapun.

4.         Variabel antara (intervening variable)
Variabel antara mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja untuk memengaruhi variabel terikat dan saat pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat. Dengan demikian  terdapat kualitas temporal atau dimensi waktu pada variabel antara. Variabel antara sebagai fungsi dari variabel bebas yang beroprasi dalam situasi apa pun dan membantu mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh dari veriabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas membantu untuk menjelaskan varians pada variabel terikat, variabel mediasi mengemuka pada waktu t2, sebagai fungsi dari variabel bebas, yang membantu untuk mengonsepkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, dan variabel medorator mempunyai pengaruh ketergantungan pada hubungan antara dua variabel.
KERANGKA TEORITIS
Kerangka teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian didasarkan. Hal tersebut dibangun secara logis, digambarkan, dan dieleborasi dengan jaringan dari asosiasi antara variabel yang relevan terhadap permasalahan dan identifiasi langsung pada proses wawancara, observasi dan tinjauan literature. Untuk sampai pada solusi masalah yang baik pertama,peneliti harus mengidentifikasi masalah dengan benar dan kemudian variabel yang memengaruhinya. Setelah mengidentifikasi variabel yang tepat, langkah selanjutnya adalah mengelaborasi jaringan asosiasi antar variabel, sehingga hipotesis yang relevan dapat disusun untuk selanjutnya diuji.
Komponen Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasikan dan menamakan variabel-variabel penting dalam situasi yang relevan dengan definisi masalah. Kerangka teoritis secara logis menjelaskan hubungan antar variabel. Hubungan antara variabel bebas, variabel terikat, variabel moderator, dan variabel antara diuraikan.
Ada 3 hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerangka teoritis :
1.       Variabel-variabel yang dianggap relevan pada studi harus didefinisikan secara jelas.
2.       Model konseptual menjelaskan hubungan antara variabel dalam model harus diberikan.
3.       Harus ada penjelasan yang jelas mengapa peneliti memperkirakan hubungan itu berlaku.
Model konseptual memberikan gambaran tentang bagaimana konsep dalam model berhubungan satu sama lain. Suatu diagram skematis dari model konseptual membantu pembaca dapat melihat hubungan yang diteorikan.
Tidak selalu mudah untuk menghadirkan definisi umum dari variabel – variabel yang relevan. Walaupun begitu, definisi konsep yang tepat tetap sangat dibutuhkan, karena akan membantu untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan antar variabel pada model. Definisi ini juga membantu untuk memberikan dasar untuk operasional dan pengukuran konsep, pada tahap pengumpulan data.
Model konseptual akan membantu untuk menstrukturkan diskusi literatur peneliti. Model konseptual menjelaskan bagaimana konsep – konsep di dalam model tersebut berkaitan satu sama lain. Model yang baik didasarkan dari teori yang kuat. Sebuah teori atau penjelasan yang jelas untuk keterkaitan di dalam model merupakan komponen terakhir dari kerangka konseptual.
Kerangka teoritis untuk contoh pelanggaran keselamatan
Variabel terikat adalah pelanggaran keamanan, yang merupakan variabel utama. Varians akan terjelaskan dengan empat variabel bebas, yakni: komunikasi antara anggota, komunikasi antara petugas kontrol bandra dan desentralisasi.
PENYUSUNAN HIPOTESIS
Setelah mengidentifikasi variabel penting dan menetapkan hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis yang selanjutnya kita lakukan pengujian apakah hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut melalui analisis statistik yang tepat atau melalui analisis kasus negatif dalam penelitian kualitatif, maka akan diperoleh informasi yang dapat dipercaya mengenai jenis hubungan antara variabel-variabeltersebut. Hasil pengujian memberi solusi untuk memecahkan masalah. Penyataan yang dapat diuji disebut Hipotesis.
DefInisi Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang bersifat sementara belum diuji, yang memprediksi apa yang peneliti harapkan untuk menemukan hasil pada data empiris. Hipotesis-hipotesis ini berasal dari teori yang terdapat pada dasar dari model konseptual. sehingga hipotesis didefinisikan sebagai dugaan logis mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang diterjemahkan dalam pernyataan yang teruji.
Pernyataan pada Hipotesis : Format
Pernyataan hipotesis (format jika-maka), hipotesis dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok atau antara beberapa kelompok yang terkait dengan variabel. Untuk menguji apakah hubungan atau perbedaan yang diperkirakan tersebut ada atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai proposisi atau dalam bentuk pernyataan jika-maka.
Hipotesis Diraksional dan Non - Direksional
Hipotesis direksional adalah hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok dengan menggunakan istilah-istilah positif, negatif, lebih dari, kurang dari, dan semacamnya.
Hipotesis nondireksional adalah hipotesis yang mendalilkan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan indikasi mengenai arah dari hubungan atau perbedaan tersebut.
Hipotesis Nol dan Hipotesis – Hipotesis Alternatif
Hipotesis nol (hipotesis nihil atau null hypotheses) adalah proposisi yang menyatakan hubungan yang difinitif dan tepat di antara dua variabel. Korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol atau bahwa perbedaan dengan mean (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi adalah sama dengan nol (atau suatu angka tertentu).
PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN PENELITIAN KUALITATIF : ANALISIS KASUS NEGATIF
Hipotesis juga dapat diuji dengan data kualitatatif. Misalnya seorang peneliti membuat kerangka teoritis setelah melakukan wawancara bahwa perilaku tidak etis yang dilakukan oleh karyawan disebabkan oleh ketidakmampuan peneliti membedakan benar atau salah, Untuk menguji apakah ketiga faktor tersebut merupakan sebab utama perilaku tidak etis, peneliti akan mencari data yang menyangkal hipotesis. Bahkan jika suatu kasus tunggal tidak mendukung hipotesis,teori tersebut harus direvisi. Penemuan baru melalui konfirmasi dari hipotesis asli dalam suatu hipotesis disebut metode kasus negatif, memungkinkan peneliti untuk merevisi teori dan hipotesis hingga teori tersebut menjadi baik
KEUNTUNGAN MANAJERIAL
Setelah masalah didefinisikan, pengertian yang baik mengenai keempat jenis variabel yang berbeda memperluas pemahaman manajer. Misalnya, dalam hal bagaimana berbagai faktor bergesekan dengan keadaan organisasi. Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa kerangka teoritis dibangun dan hipotesis disusun memampukan manajer untuk menjadi hakim ynag cerdas terhadap laporan penelitian yang diberikan oleh konsultan. Demikian pula  pengetahuan mengenai signifikansi, dan mengapa sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, membantu manajer untuk bertahan dalam atau berhenti dalam dugaan yang walaupun masuk akal, tidak terbukti.
Jika pengetahuan semacam itu tidak dimiliki banyak temuan penelitian tidak akan berguna bagi manajer dan pengambilan keputusan akan menghasilkan kebingungan.


Senin, 09 Desember 2013

SISTEM PELAPORAN MANAJEMEN DAN PELAPORAN KEUANGAN

A.      Sistem Buku Besar Umum
 Sistem buku besar umum (General ledger system - GLS) sebagai suatu pusat yang terhubung ke sistem-sistem lainnya dalam perusahaan melalui arus informasi. Siklus transaksi memproses peristiwa individual yang dicatat dalam jurnal khusus dan akun buku besar pembantu. Rangkuman transaksi-transaksi ini mengalir ke dalam GLS dan menjadi sumber input untuk sistem pelaporan manajemen (MRS) dan FRS. Kumpulan informasi yang mengalir ke GLS berasal dari subsistem siklus transaksi.
a)       Voucher Jurnal
Sebuah voucher jurnal, yang dapat digunakan untuk mewakili rangkuman transaksi yang serupa atau satu transaksi yang unik, mengidentifikasi jumlah keuangan dan akun buku besar umum yang dipengaruhi. Transaksi rutin, jurnal penyesuaian, dan jurnal penutup, semuanya dimasukkan ke buku besar umum dari voucher jurnal. Karena Voucher jurnal harus disetujui oleh manajer yang bertanggung jawab, voucher jurnal menyediakan pengendalian yang efektif terhadap jurnal buku besar umum yang tidak diotorisasi.
b)       Basis Data GLS
Basis data GLS terdiri dari berbagai file. File - file ini bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yaitu: File master buku besar umum, File sejarah buku besar umum, File voucher jurnal, File sejarah voucher jurnal, File pusat pertanggungjawaban dan File master anggaran.
c)       Prosebur GLS
Voucher jurnal mengalir dari sistem pemrosesan transaksi dari sumber lainnya ke departemen buku besar umum. Secra rutin, ini semua merupakan rangkuman transaksi dari akun-akun buku besar pembantu dan jurnal-jurnal khusus yang berada di siklus transaksi. Seperti yang akan dibahas berikut ini, transaksi yang paling jarang terjadi dari sistem aktiva tetap, bersama dengan jurnal penyesuaian dan jurnal pembalik dari sistem pelaporan keuangan, juga memasuki GLS dengan cara ini.
B.      Sistem Pelaporan Keuangan
Tanggung jawab untuk memberikan informasi ke pihak eksternal ditetapkan oleh standar hukum dan professional. Kebanyakan dari informasi ini ada dalam bentuk laporan keuangan tradisional, pengembalian pajak, dan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh lembaga yang menerapkan peraturan tersebut.
Penerima utama dari informasi laporan keuangan adalah para pengguna eksternal, seperti pemegang saham, kreditor, dan pejabat pemerintah. Secara umum dapat dikatakan bahwa para pengguna informasi luar tertarik dengan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, mereka memerlukan informasi yang memungkinkan merekamengamati tren kinerja selama beberapa waktu dan melakukan perbandingan di antara perusahaan yang berbeda.
a)       Pengguna yang Canggih Dengan Kebutuhan Informasi yang Modern
Karena komunitas pengguna eksternal sangat besar dan kebutuhan informasinya bervariasi, laporan keuangan diarahkan ke pembaca umum. Laporan keuangan disiapkan dengan pemikiran bahwa pembacanya terdiri atas para pengguna yang canggih (sophisticated users) dengan kebutuhan informasi yang relative homogen. Denga kata lain, diasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan memahami berbagai konvensi dan prinsip akuntansi yang diterapkan, dan bahwa laporan tersebut memiliki kandungan informasi yang berguna.
b)       Proses Akuntansi Keuangan
FRS pada kenyataannya merupakan langkah terakhir dalam seluruh proses akuntansi keuangan yang dimulai dari siklus transaksi. Proses akuntansi keuangan dimulai dari status bersih di awal tahun fiscal yang baru. Hanya akun-akun permanen neraca yang merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya. Dari titik ini, prosesnya dilanjutkan dengan langkah-langkah berukut:
(1)     Mencatat transaksi, (2) Mencatat di jurnal khusus, (3) Membukukan ke buku besar pembantu, (4) Membukukan ke buku besar umum, (5) Menyiapkan neraca percobaan yang belum disesuaikan, (6) Membuat jurnal penyesuaian, (7) Menjurnal dan membukukan ayat jurnal penyesuaian, (8) Menyiapakan neraca percobaan yang telah disesuaikan,  (9) Menyiapakan laporan keuangan, (10) Menjurnal dan membukukan ayat jurnal penutup dan (11) Menyiapakan neraca percobaan pascapenutupan.
c)       Mengendalikan FRS
Aktivitas - aktivitas FRS secara ekslusif merupakan pekerjaan akuntansi. Tidak seperti pemrosesan transaksi, yang juga melibatkan arus sumber daya fisik, kekhawatiran pengendalian terhadap FRS berkenaan dengan akurasi dan reliabilitas informasi akuntansi. Eksposur potensial dalam sistem ini terdiri dari: (1) Jejak audit yang tidak sempurna, (2) Akses yang tidak diotorisasi ke buku besar umum, (3) Akun buku besar umum yang tidak seimbang dengan akun buku besar pembantu, dan (4) Saldo akun buku besar umum yang salah karena voucher jurnal yang salah atau tidak diotorisasi.
GL/FRS BerbasisKomputer
a.       GL/FRS warisan yang menggunakan pemrosesan batch dan file datar
-             Kekuatan : pengendalian dan pelaporan.
-             Kelemahan : tidak efisien dan rekonsiliasi yang tidak sering dilakukan.
a.       Rekayasa ulang GL/FRS menggunakan file akses langsung
-             Kekuatan : mampu mengatasi kelemahan-kelemahan system tradisional.
-             Kelemahan : pemisahan tugas dan catatan akuntansi serta pengendalian akses.

C.      Rekayasa Laporan Keuangan - XBRL
Bisnis Extensible Pelaporan Bahasa, yang diinternir standar khusus untuk pelaporan bisnis dan pertukaran informasi. Para XBRL bertujuan untuk memfasilitasi publikasi, pertukaran, dan pengolahan informasi keuangan dan bisnis. XBRL merupakan turunan dari standar lain internet disebut XML (Extensible Markup Language).
XML
XML adalah bahasa meta untuk menjelaskan bahasa markup. Para extensible istilah berarti bahwa setiap bahasa markup dapat dibuat dengan menggunakan XML. Ini termasuk penciptaan bahasa markup yang mampu menyimpan data dalam bentuk hubungan di mana tag (atau perintah format) dipetakan ke nilai data. Dengan demikian, XML dapat digunakan untuk memodelkan struktur data dari database internal organisasi.
D.      Pengendalian Isu SAS 78/COSO
Otorisasi Transaksi      
Ayat - ayat jurnal di buku besar umum merupakan rangkuman transaksi dan berada di bawah pengendalian yang sama. Voucher jurnal merupakan dokumen yang mengotorisasi suatu ayat jurnal ke buku besar umum. Penting bagi integritas catatam akuntansi bahwa voucher jurnal otorisasi dengan benar oleh manajer yang bertanggungjawab di departemen sumber.
Pemisahan Tugas
Pada bab - bab sebelumnya, telah dijelaskan bagaimana buku besar umum memberikan pengendalian verifikasi bagi proses akuntansi. Untuk melakukannya, tugas memperbarui buku besar umum harus dipisahkan dari semua tanggung jawab akuntansi dan pengawasan aktiva dalam perusahaan.
Pengendalian Akses
Akses yang tidak diotorisasi ke akun-akun buku besar umum dapat menghasilkan kesalahan, penipuan, dan salah penyajian dalam laporan keuangan.
Catatan Akuntansi
Jejak audit merupakan jalur yang diikuti oleh suatu transaksi melalui tahap input, pemrosesan, dan output dalam sistem pemrosesan transaksi. Dokumentasi diperlukan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat menentukan kelayakan transaksi tersebut.
Verifikasi Independen
FRS menghasilkan dua  laporan operasional yang menjadi bukti akan keakuratan proses ini yaitu daftar voucher jurnal dan laporan perubahan buku besar umum. Daftar voucher jurnal menyediakan perincian yang relevan tentang setiap voucher jurnal yang diterima oleh FRS sebagai input. Laporan perubahan buku besar umum menyajikan pengaruh transaksi voucher jurnal pada akun buku besar umum.
E.       Sistem Pelaporan Manajemen
Pelaporan manajemen sering disebut pelaporan diskresioner karena tidak dimandatkan
seperti pelaporan keuangan. Orang bisa mengambil masalah dengan kebijaksanaan panjang,
bagaimanapun, dan berpendapat bahwa sistem pelaporan manajemen yang efektif (MRS) yang diamanatkan  oleh undang-undang SOX, yang mensyaratkan bahwa semua perusahaan publik memantau dan melaporkan efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
a)       Faktor yang Memengaruhi MRS
Merancang sistem pelaporan manajemen yang efektif memerlukan pemahaman akan apa yang dilakukan oleh para manajer dan jenis - jenis masalah yang dihadapinya. Topik berikut ini memberikan wawasan mengenai factor - factor yang memengaruhi kebutuhan informasin manajemen: prinsip-prinsip manajemen, fungsi, tingkat dan jenis keputusan manajemen, struktur masalah, akuntansi pertanggungjawaban dan pertimbangan perilaku.
                Prinsip Manajemen         
Prinsip manajemen memberikan wewenang pada kebutuhan informasi manajemen. Prinsip yang paling langsung memengaruhi MRS adalah formalisasi pekerjaan, pertanggungjawaban dan wewenang, jangkauan pengendalian, dan manajemen dengan pengecualian.
Fungsi, Tingkat, dan Jenis Keputusan Manajemen
Fungsi perencanaan dan pengendalian manajemen secara mendasar memengaruhi sistem pelaporan manajemen. Fungsi perencanaan berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang aktivitas - aktivitas akan dating dari suatu perusahaan. Perencanaan dapat dilakukan untuk jangka panjang atau jangka pendek. Keputusan perencanaan dan pengendalian sering diklasifikasikan dalam empat kategori: perencanaan strategis, perencanaan taktis, pengendalian manajerial, dan pengendalian operasional.
Struktur Masalah
Struktur suatu masalah mencerminkan seberapa baik pengambil keputusan memahami masalah tersebut. Struktur masalah memiliki tiga elemen.
1.       Data-nilai yang digunakan untuk mewakili factor-faktor yang relevan dengan masalah tersebut.
2.       Prosedur-urutkan langkah-langkah atau peraturan keputusan yang digunakan untuk memecahkan masalah.
3.       Tujuan-hasil yang ingin dicapai oleh pengambil keputusan dengan memecahkan masalah tersebut.
Jenis Laporan Manajemen
Pada kenyataannya, laporan manajemen dapat berbentuk fisik sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan oleh penggunanya. Laporan ini dapar berupa dokumen kertas atau gambar elektronik yang disajikan di terminal lomputer. Laporan tersebut dapat berisi informasi verbal, numeric, atau grafis atau kombinasinya.
-        Tujuan laporan : mengurangi tingkat ketidak pastian yang berkaitan dengan suatu masalah yang dihadapi pengambil keputusan, dan mempengaruhi perilaku pengambil keputusan dengan cara yang positif.
-        Pelaporan terprogram : memberikan informasi untuk memecahkan masalah yang telah diantisipasi pengguna.
-        Atribut laporan : agar lebih efektif, suatu laporan harus memiliki atribut antara lain relevan, ringkas, berorientasi pengecualian, akurat, lengkap, tepat waktu, dan singkat.
-        Pelaporan khusus : sumber data untuk mendukung kebutuhan pelaporan khusus melalui konsep yaitu penggalian data. Dan ada dua pendekatan umum untuk pendekatan data, antara lain model verifikasi dan model penemuan.

Atribut Laporan
Agar efektif, suatu laporan harus memiliki atribut beriktu ini: relevan, ringkas, berorientasi pengecualian, akurat, lengkap, tepat waktu, dan singkat.
Akuntansi Pertanggungjawaban
Sebagian besar pelaporan manajemen melibatkan akuntansi pertanggungjawaban. Konsep ini menyatakan bahwa setiap peristiwa ekonomi yang memengaruhi perusahaan adalah tanggungjwab manajer, dan dapat dilacak ke masing-masing manajer. Prinsip yang mendasar dari konsep ini adalah bahwa tanggung jawab para manajer area dapat dipertanggungjawabkan hanya untuk item-item yang mereka kendalikan (biaya, pendapatan, dan investasi).
Dua tahap akuntansi pertanggung jawaban yaitu  :  1. Menciptakan serangkaian tujuan kinerja keuangan atau anggaran yang berkaitan dengan tanggung jawab manajer; dan 2. Melaporkan dan mengukur kinerja actual ketika dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Untuk mencapai akuntabilitas, aktivitas bisnis secara teratur mengorganisasikan kegiatan operasi kedalam unit-unit yang disebut sebagai pusat pertanggung jawaban, dengan bentuk yang paling umumya itu pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.

Pertimbangan Perilaku
1.       Keserasian Tujuan, Ketika manajer berusaha memenuhi tujuan kerjanya, manajer tersebut juga melayani tujuan perusahaannya. Sistem pelaporan manajemen yang terstruktur rapi berperan penting dalam meningkatkan dan mempertahankan keserasian tujuan.
2.       Informasi yang Berlebihan. Muncul ketika seorang manajer menerima informasi berlebih dari yang dapat dicernanya.
3.       Ukuran Kinerja yang Tidak Tepat. Ingat kembali bahwa salah satu tujuan laporan adalah untuk menstimulasi perilaku yang konsisten dengan tujuan perusahaan. Akan tetapi, ketika ukuran kinerja yang tidak tepat digunakan, laporan itu akan berpengaruh sebaliknya.