KEKAYAAN INTELEKTUAL UNTUK NEGERI

Akhir-akhir ini banyak produk kreatif Indonesia yang sebagian besar warisan budaya bangsa banyak di klaim oleh negara tetangga, padahal bila negara lebih memberikan perhatian atau kemudahan dalam pemberian Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada produk tersebut

TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori perlu didukung oleh berbgai riset yang didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji kebenarannya.

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

stilah “sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik,sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memilikicara pandang dan definisi yang berbeda-beda.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI : PERSPEKTIF AKUNTAN

Jika memperhatikan arus informasi internal dan eksternal. Dapat di ketahui bahwa ada 3 pelaku interaksi antara perusahaan dengan para pengguna dalam lingkunagn eksternal yaitu pemegang kepentingan dengan pemasok dan pelanggan.

PENGANTAR PROSES TRANSAKSI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

Terdapat tiga siklus transaksi yang memproses sebagian besar aktivitas ekonomi perusahaan, yaitu pengeluaran, siklus konversi, dan siklus pendapatan.

Rabu, 01 Januari 2014

KEBIJAKAN DEVIDEN

Defenisi Kebikan Deviden
Menurut Aharony dan Swary (1980) dalam Nurhidayati (2006) mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.

Kebijakan dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:253) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakn dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen menurut Gitman (2000) dalam Lani Siaputra (2005:72) adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen
Beberapa pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen antara lain:
-Kebutuhan dana bagi perusahaan
-Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen.
-Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk pembayaran dividen.

Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.
Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.
Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan.
Tiga pandangan Dasar  mengenai dividen dan nilai saham:
Kebijakan Dividen adalah Tidak Relevan
Posisi yang menyatakan bahwa dividen tidak penting berakar pada :
Keputusan investasi dan pinjaman telah dibuat, dan keputusan ini tidak akan berubah dengan jumlah pembayaran dividen.
Pasar modal “sempurna” diasumsikan ada, yaitu bahwa :
Investor dapat membeli dan menjual saham tanpa terjadinya biaya transaksi, seperti komisi pialang.
Perusahaan dapat menerbitkan saham tanpa biaya apapun.
Tidak ada pajak perusahaan.
Informasi lengkap mengenai perusahaan tersedia.
Tidak ada konflik kepentingan antara manajemen dengan Pemegang saham.
Biaya kesulitan keuangan dan kebangkrutan tidak ada.

Dengan dua asumsi diatas maka tidak ada hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai saham. Secara agregat, investor hanya mementingkan pengembalian total dari keputusan investasi, mereka tidak peduli apakah pengembalian ini datang dari perolehan modal atau pendapatan dividen. Jadi apapun kebijakan ”trade-offs” yang dipilih, tidak akan mempengaruhi keputusan investor.

Pembayaran dividen oleh perusahaan dapat mempengaruhi harga saham, hanya jika pemegang saham tidak lagi memiliki jalan lain untuk menerima pendapatan dari investasi kecuali dari dividen. Tetapi dengan mengasumsikan pasar modal relatif efesien, pemegang saham yang membutuhkan pendapatan lancer selalu dapat menjual saham.

Dividen yang Tinggi, meningkatkan Nilai Saham
Kepercayaan bahwa kebijakan dividen meningkatkan nilai saham adalah diasumsikan bahwa investor mengharapkan tingkat pengembalian yang diharapkan apakah itu melalui perolehan modal ataukah melalui dividen. Tetapi dividen lebih bisa diramalkan daripada perolehan modal. Manajemen dapat mengontrol dividen tetapi tidak dapat mendikte harga saham.
Oleh karena tingkat kepastian dividen lebih tinggi daripada perolehan modal, maka diyakini bahwa dividen yang tinggi dapat meningkatkan nilai saham.
Dividen yang rendah, meningkatkan Nilai Saham
Pandangan yang ketiga menitikberatkan pada perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan perolehan modal. Dalam hal pajak, investor ingin memaksimumkan pengembalian setelah pajak, bukannya pengembalian sebelum pajak. Investor mencoba menunda pajak saat dimungkinkan. Ini menyebabkan kebijakan membayar dividen rendah akan mengakibatkan harga saham yang lebih tinggi. Artinya dividen tinggi merugikan investor, sementara dividen rendah dan retensi tinggi membantu investor. Inilah logika yang mendasari kebijakan dividen rendah.
Dividen Saham dan Pemecahan Saham
Dividen Saham ( Stock Dividen )
Merupakan pembayaran kepada pemegang saham biasa berupa tambahan jumlah lembar saham. Hal ini dinyatakan dengan merubah catatan modal sendiri para pemegang saham pada neraca perusahaan. Dengan adanya dividen saham ini kepemilikan para pemegang saham di dalam perrusahaan proporsinya tetap sama atau tidak berubah.
Contoh
Tahun 2000 PT X mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut :


Struktur Modal Sendiri  
Saham biasa : (Nominal Rp.1.000x500.000 lbr) Rp. 500.000.000  
Tambahan Modal Rp. 80.000.000  
Laba ditahan Rp. 260.000.000  
Total Modal Sendiri Rp. 840.000.000

PT X membayar dividen saham sebesar 10% dari saham beredar yaitu berjumlah 10% x
500.000 lembar = 50.000 lembar saham tambahan. Nilai pasar saham tersebut adalah Rp. 2.500 setiap lembarnya. Untuk setiap 10 lembar saham yang dimiliki, pemegang saham menerima satu lembar tambahan.
Struktur modal perusahaan setelah distribusi dividen saham adalah :



Struktur Modal Sendiri  
Saham biasa : (Nominal Rp.1.000x550.000 lbr) Rp. 550.000.000  
Tambahan Modal Rp. 155.000.000  
Laba ditahan Rp. 135.000.000  
Total Modal Sendiri Rp. 840.000.000

Dengan pembayaran dividen saham, maka nilai saham sebesar Rp. 2.500 x 50.000 lembar = Rp. 125.000.000 dipindah dari laba ditahan keperkiraan saham biasa dan tambahan modal. Maka nilai nominal saham tetap sama sebesar Rp. 1.000 perlembar. Kenaikan jumlah saham biasa dicerminkan kenaikan sebesar Rp. 1.000 x 50.000 lembar diperlihatkan dalam perkiraan saham biasa. Sisa sebesar nilai saham sebesar Rp. 125.000.000 – 50.000.000 = Rp. 75.000.000 masuk keperkiraan tambahan modal, sedangkan total modal sendiri perusahaan tersebut tetap sama yaitu sebesar RP. 840.000.000. Maka EPS ( Earning Pershare ) mengalami perubahan, misal mulanya EAT adalah Rp. 130.000.000 maka EPS adalah 130 juta : 500.000 lembar = Rp.260. Jadi EPS setelah pembagian dividen saham sebanyak 50.000 lembar menjadi Rp.130.000.000 : 550.000 lembar = Rp.236,36

Pemecahan saham ( stock split )
Adalah peningkatan jumlah saham bererdar dengan mengurangi nilai nominal (nilai pari ) saham tersebut. Misal dari saham diatas nilai nominal Rp.1.000,- perlembar dipecah menjadi 2 lembar dengan nilai nominal masing-masing sebesar RP. 500 perlembar, maka pemecahan saham tersebut terlihat sbb :

Sebelum pemecahan Setelah pemecahan  
Saham biasa : (Nominal Rp. 500.000.000 Saham biasa : (Nominal Rp. 500.000.000  
Rp.1.000x500.000 lbr) Rp.500 x 1.000.000 lbr)  
Tambahan Modal Rp. 80.000.000 Tambahan Modal Rp. 80.000.000  
Laba ditahan Rp. 260.000.000 Laba ditahan Rp. 260.000.000  
Total Modal Sendiri Rp. 840.000.000 Total Modal Sendiri Rp. 840.000.000





Dari kasus diatas dividen kas yang diterima pemegang saham sebelum pemecahan adalah Rp. 200 perlembar saham, jadi yang memiliki saham 100 lembar akan menerima dividen kas adalah Rp. 20.000, tapi setelah pemecahan adalah 200 lembar x 200 = Rp. 40.000.
Pembelian kembali saham ( Stock Repurchase )
Metode pembelian kembali saham :
Self Tender Offer adalah tawaran perusahaan untuk membeli kembali sahamnya pada harta tertentu ( diatas harga pasar ). Pemegang saham dapat memilih, memnjual atau tetap memilikinya Biasanya periode penawaran antara 2 – 3 minggu. Biaya transaksinya tinggi dari biaya transaksi biaya di pasar terbuka.
Open Market Purchase. Perusahaan dapat melakukan pembelian saham kembali di pasar terbuka ( melalui pialang ). Waktu membeli lebih lama untuk membeli dalam jumlah besar.

Contoh PT.AVI mempertimbangkan untuk membagikan labanya sebesar Rp.
140.000.000 dalam bentuk dividen kas atau melakukan pembelian kembvali sahamnnya . informasi keuangan sebagai berikut :


EAT Rp. 180.000.000  
Jumlah saham beredar 500.000 lembar  
EPS Rp.360  
Harga pasar saham sekarang Rp.6000  
Dividen per lembar yang diharapkan Rp.280

Karena investor mengharapkan dividen kas per lembar saham sebesar Rp.280 yaitu
Rp.140.000.000 : 500.000 lembar, maka nilai saham menjadi Rp 6000 + Rp.280 =
Rp.6.280.
Misalkan perusahaan membeli kembali sebagian sahamnnya dan melakukan penawaran
pada harga Rp. 6.280 perlembar , sehingga mampu membeli sebanyak Rp.140.000.000 : Rp.6280 = 22.293 lembar. Maka EPS setelah pembelian kembali adalah Rp. 180.000.000 : ( 500.000 – 22.293 lembar ) = Rp. 377 . Apabila PER setelah dividen Rp.6.000 : 360 = 17 kali. Apabila ratio itu tetap setelah pembelian saham kembali, maka harga perlembar saham adalah 17 x Rp.377 = 6.409

PEMBIAYAAN INTERNAL

Pembiayaan merupakan salah satu hal yang penting bagi keberhasilan usaha perusahaan. Fungsi ini penting karena dalam kegiatan operasinya perusahaan sangat membutuhkan dana. Baik perusahaan besar maupunkecil dana sangat dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh baik melalui pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun pembiayaan dari luar perusahaan (eksternal financing).
Sumber pembiayaan modal internal adalah berupa pemanfaatana laba yang ditahan (retained earning), yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan melakukan pinjaman kepada pihak klien atau menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) di pasar modal.

KESIMPULAN

Pilihan Perusahaan adalah untuk membayar atau tidak membayar dividen kas kepada pemegang saham dan pilihan lebih lanjut untuk menambah dividen,mengurangi dividen ataupun menjaganya pada jumlah yang sama merupakan salah satu bidang yang menantang dan membingungkan dari kebijakan keuangan perusahaan.
Kebijakan deviden adalah kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan(deviden) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanan kembali(laba ditahan)
Deviden adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibyarkan setiap akhir periode sesuai dengan presentasinya.

Sumber pembiayaan modal internal adalah berupa pemanfaatana laba yang ditahan (retained earning), yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan melakukan pinjaman kepada pihak klien atau menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) di pasar modal.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.upi-yptk.ac.id/download//Modul%20MKLanj.pdf
http://sicilia-siciliaindri.blogspot.com/2012/03/kebijakan-deviden-manajemen-keuangan.html
http://diploma4stan.wordpress.com/2012/02/16/manajemen-keuangan/

MEASUREMENT OF VARIABLES: OPERATIONAL DEFINITION

BAGAIMANA MENGUKUR VARIABEL
Dalam menguji hipotesis bahwa keanekaragaman di tempat kerja memengaruhi efektivitas organisasi, peneliti harus mengukur keragaman tenaga kerja dan efektivitas organisasi. Pengukuran adalah penempatan nomor atau symbol lain dengan karakteristik (atau atribut) dari sifat objek dengan aturan yang spesifik.Atribut objek dapat diukur secara fisik melaui instrumen kalibrasi tanpa menimbulkan masalah pengukuran. Pengukuran atribut yang lebih abstrak dan subyektif rupanya lebih sulit.
OPERASIONALISASI DARI VARIABEL
Salah satu teknik yakni mengurangi gagasan yang abstrak atau konsep untuk perilaku atau karakteristik yang dapat diobservasi. Pereduksian konsep abstrak sehingga dapat diukur secara nyata atau berwujud disebut operasionalisasi konsep.
Operasionalisasi dilakukan dengan tinjauan pada dimensi tingkahlaku atau properti yang dimiliki oleh konsep tersebut. Konsep tersebut diterjemahkan ke dalam elemen-elemen yang dapat diukur sehingga dapat dikembangkan sebuah indeks pengukuran dari konsep tersebut.
Tahapan-tahapan operasionalisasi yakni:
  • Menemukan definisi dari gagasan yang ingin diukur.
  • Memikirkan isi dari pengukuran yaitu instrument (satu atau beberapa item atau pertanyaan) sebagai pengukuran aktual dari konsep yang ingin diukur untuk pengembangan. Kemudian, format respon dibutuhkan.
  • Menilai keabsahan dan keandalan dari skala pengukuran.

Oprasionalisasi : Dimensi dan elemen
Sebuah contoh konsep yang memiliki lebih dari satu dimensi adalah agresi. Agresi memiliki dua dimensi;agresi verbal dan agresi fisik. Karena itu agresi termasuk perilaku seperti berteriak dan mengumpat ke orang (agresi verbal), juga melempar benda, memukul tembok, dan melukai orang lain secara fisik (agresi fisik).  Pengukuran yang valid tentang agresi harus memasukkan item yang mengukur agresi verbal dan agresi fisik. Pengukuran yang hanya memasukkan item agresi verbal atau hanya memasukkan item agresi fisik tidak akan valid jika tujuan peneliti adalah mengukur agresi. Pengukuran yang valid memasukkan pertanyaan kuantitatif yang dapat diukur atau item yang dapat merepresentasikan asal atau keseluruhan konsep .Jika konsep memiliki lebih dari satu asal atau dimensi, maka peneliti harus yakin bahwa pertanyaan atau item yang merepresentasikan dimensi ini dimasukkan dalam pengukuran.
Operasionalisasi ( Multidimensional) Konsep Motivasi Berpencapaian
Misalkan peneliti tertarik untuk membangun hubungan antara gender dengan motivasi berpencapaian. Peneliti harus mengukur baik gender maupun motivasi berpencapaian. Mengukur gender tidak akan sulit, namun mengukur motivasi berpencapaian akan cukup sulit, karena konsep ini abstrak dan subjektif secara alamiah. Untuk Alasan ini peneliti harus menduga motivasi berpencapaian dengan mengukur dimensi perilaku, aspek atau karakteristik yang diharapkan akan ditemukan pada orang dengan motivasi berpencapaian yang tinggi. Tanpa mengukur dimensi ini peneliti tidak akan sampai pada kesimpulan hubungan gender dan motivasi berpencapaian.
Setelah menentukan konsep, langkah selanjutnya dari pengukuran konsep yang abstrak seperti motivasi berpencapaian adalah dengan menelaah literatur untuk mencari pengukuran – pengukuran yang ada untuk objek tersebut.
Manfaat Penggunaan skala pengukuran yang sudah ada sebagai berikut:
1.       Menghemat banyak waktu dan energi.
2.       Memungkinkan peneliti untuk memeriksa penemuan peneliti lain dan membangun penelitian diatas penelitian lain.
Karena itu, saat peneliti ingin mengukur sesuatu dan menggunakan pengukuran tersebut peneliti harus melihat apakah hal tersebut sudah pernah diukur atau belum. Peneliti harus mendokumentasikan penggunaan skala pengukuran yang sudah ada dengan tepat.
Dimensi dan Elemen Motivasi Pencapaian
Apa saja dimensi perilaku, aspek, atau karakteristik yang peneliti perkirakan ada pada orang yang memiliki motivasi pencapaian yang tinggi? Mereka mungkin mempunyai karakteristik dibawah ini, yang disebut dimensi:
a.       Mereka dikendalikan oleh pekerjaan. Mereka akan bekerja sepanjang hari untuk mendapatkan kepuasan atas pencapaian dan kesempurnaan.
b.       Banyak dari mereka umumnya tidak memiliki hasrat untuk bersantai dan memberikan perhatiannya pada aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
c.        Karena mereka selalu ingin mencapai dan menyelesaikan, mereka akan memilih untuk bekerja sendiri dibanding bekerja dengan orang lain.
d.       Dengan pikiran dan hati yang tertuju pada pencapaian dan pencapaian, mereka akan cenderung terikat pada pekerjaan yang lebih menantang.
e.       Mereka akan tertarik untuk mengetahui bagaimana perkembangan mereka dalam pekrjaan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang dengan motivasi pencapaian yang tinggi akan menggerakkan diri sendiri untuk tekun bekerja, susah merasa rileks, lebih suka bekerja sendiri, memilih pekerjaan yang menantang, dan mengharapkan umpan balik.

·         Elemen Dimensi 1
Kita dapat menjelaskan perilaku seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang semacam itu akan (1) bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, (3) tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur. Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam yang karyawan gunakan untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat kerja, dan di rumah di mana sangat mungkin mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Dengan demikian, jumlah jam yang diberikan untuk pekerjaan akan menjadi sebuah indeks yang mengungkapkan seberapa pekerjaan “menggerakkan” mereka.
·         Elemen Dimensi 2
Tingkat ketidakinginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan seperti :
1.         Berapa sering anda memikirkan pekerjaan ketika tidak sedang berada di tempat kerja ?
2.         Apa hobi anda ?
3.         Bagaimana anda menghabiskan waktu ketika tidak di tempat kerja ?
Mereka yang dapat bersantai akan menunjukkan bahwa biasanya tidak memikirkan pekerjaan atau tempat kerja ketika di rumah, menghabiskan waktu melakukan hobi, menikmati aktivitas saat senggang, serta menggunakan waktu libur bersama keluarganya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya, dan lainnya. Jadi, kita bisa menempatkan karyawan pada sebuah kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat dapat bersantai ke yang sedikit bersantai. Dimensi ini kemudian juga bisa diukur.

·         Elemen Dimensi 3
Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Meskipun orang bermotivasi pencapaian dalam organisasi mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan tersebut, ada kemungkinan orang di organisasi  yang tidak memiliki motivasi pencapaian. Orang pada kategori terakhir, bukannya tidak efektif, entah dalam diri mereka sendiri atau menurut orang lain, dan mungkin cukup ingin untuk bekerja dengan hampir semua orang. Jadi, ketidaksabaran terhadap ketidakefektifan juga bisa diukur dengan mengamati perilaku.
·         Elemen Dimensi 4
Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Sejumlah deskripsi pekerjaan yang berbeda dapat diberikan-beberapa mewakili pekerjaan yang bersifat rutin dan lainnya dan mengandung gradasi tantangan tertentu di dalamnya. Preferensi karyawan terhadap jenis pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kesatuan yang membentang dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang kian sulit.
·         Elemen Dimensi 5
Dengan menelusuri seberapa sering individu mencari umpan balik dari orang lain selama periode waktu tertentu-katakanlah, beberapa bulan-karyawan bisa kembali ditempatkan dalam suatu kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat sering mencari umpan balik hingga yang tidak pernah mengharapkan umpan balik dari siapapun pada waktu apapun.
Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan ukuran serupa, sehingga memungkinkan pengulangan atau peniruan (replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang terjadi karena kelalaian mengenali atau mengkonsepkannya, dan (2) menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan.
Mendefinisikan konsep secara oprasional adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Tetapi benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh perilaku individu dalam cara tertentu, bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan terlalu sulit dilakukan dan memakan waktu. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu,peneliti  bisa meminta mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan  mengajukan pertanyaan tepat yang bisa direspon pada skala tertentu yang telah disusun.
Apa Yang Tidak Termasuk Operasionalisasi
Definisi operasional tidak menjelaskan korelasi konsep. Misalnya, kesuksesan kinerja tidak dapat menjadi sebuah dimensi dari motivasi pencapaian, meskipun demikian, seseorang yang bermotivasi sangat munkin memenuhi hal tersebut dalam ukuran yang tinggi. Dengan demikian, motivasi pencapaian dan kinerja dan/atau kesuksesan mungkin berkorelasi tinggi, tetapi kita tidak mengukur level motivasi seseorang melalui kesuksesan dan kinerja. Secara lebih rinci, seseorang dengan motivasi pencapaian tinggi bisa saja gagal karena suatu alasan, yang mungkin diluar kendalinya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sukses. Dengan demikian, jika peneliti menilai motivasi pencapaian orang tersebut dengan kinerja sebagai ukuran, peneliti akan mengukur konsep yang salah.
Mendefinisikan sebuah konsep secara oprasional tidak meliputi penguraian alasan, latar belakang,konsekuensi, atau korelasi konsep. Sampai tingkat tertentu menjelaskan karakteristik yang dapat diobservasi agar konsep dapat diukur. Penting untuk mengingat hal ini, kerena jika peneliti mengoprasionalkan konsep secara tidak tepat atau mengacukannya dengan konsep lain, peneliti tidak akan memperoleh ukuran yang valid.
Tinjauan Operasionalisasi
Operasionalisasi penting untuk mengukur konsep abstrak seperti hal-hal yang biasanya berkaitan dalam wilayah subjektif seperti perajektif perasaan dan sikap. Variabel yang lebih objektif seperti usia atau tingkat edukasi mudah untuk diukur melalui pertanyaan langsung,sederhana,dan tidak perlu didefinisikan secara oprasional. Untungnya ukuran untuk banyak konsep yang relevan dengan konteks organisasi telah disusun oleh peneliti.nal
DIMENSI INTERNASIONAL DARI OPERASIONALISASI

Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk mengingat bahwa variabel tertentu memiliki arti dan konotasi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya, istilah “cinta” yang memunculkan beberapa penafsiran pada budaya yang berbeda dan memiliki paling sedikit 20 interpretasi yang berbeda di bebepaa negara. Demikian pula, konsep “pengetahuan” sama dengan “jnana” di beberapa budaya Timur dan ditafsirkan sebagai “realisasi Maha Kuasa” Oleh karena itu, bijaksana bagi para peneliti yang berasal dari suatu negara yang berbicara dengan bahasa yang berbeda untuk merekrut bantuan ahli - ahli lokal untuk mengoperasionalkan konsep tertentu saat melakukan penelitian silang budaya.

DATABASE MANAGEMENT SYSTEM

Gambaran Umum File Datar Versus Pendekatan Basis Data
Setiap huruf menunjukkan satu atribut data atau field, satu record, atau seluruh file. Perhatikan juga bahwa elemen data B terdapat dalam semua file pengguna. Ini disebut redundansi data, yang menjadi penyebab utama dari masalah-masalah mamajemen data yang penting dalam tiga bidang: penyimpanan data, pembaruan data, dan kekinian informasi. Setiap bidang ini, dan masalah yang keempat, ketergantungan data tugas, yang tidak langsung berkaitan dengan redundansi data, akan dijelaskan dalam bab ini.
Flat file merupakan model dengan perspektif tunggal yang mencirikan sistem warisan (legacy system) dimana file-file data distrukturisasi, diformat dan diatur agar sesuai kebutuhan spesifik pemakai. Masalah operasional yang melekat dalam pendekatan flat file yang akhirnya melahirkan konsep database.
Penyimpanan Data
Bab 1 menunjukkan bahwa sistem informasi yang efisien hanya satu kali menagkap dan menyimpan data dan membuatnya tersedia ke semua pengguna yang membutuhkannya. Dalam lingkungan file datar, hal ini tidak mungkin terjadi.
Perbaruan Data
Organisasi memiliki banyak sekali data yang disimpan dalam file induk dan file referensi yang memerlukan pembaruan berkala agar mencerminkan perubahan operasional dan ekonomi.
Kekinian Informasi
Berbeda dengan masalah melakukan update beberapa adalah masalah gagal untuk memperbarui file dari semua pengguna terpengaruh oleh perubahan. Jika pesan update yang tidak benar disebarkan, maka beberapa pengguna mungkin tidak merekam perubahan dan akan melakukan tugas dan membuat keputusan berdasarkan data ketinggalan jaman.
Ketergantungan Data Tugas
Masalah lain dengan pendekatan flat file adalah ketidakmampuan pengguna untuk memperoleh informasi tambahan sebagai perubahan kebutuhan nya. Masalah ini disebut tugas-data ketergantungan. Setiap informasi pengguna dibatasi oleh data bahwa ia memiliki dan mengontrol.
Elemen Lingkungan Basis Data
Pengguna
Pengguna mengakses basis data dalam dua cara. Pertama, akses tersebut dapat dicapai melalui program-program pengguna yang disiapkan oleh professional sistem. Kedua melalui permintaan langsung, yang tidak memerlukan program-program formal dari pengguna.
Sistem Manajemen Basis Data
Elemen kedua dari pendekatan basis data adalah sistem manajemen basis data. DBMS menyediakan lingkungan yang terkontrol untuk membantu (atau mencegah) pengguna mengakses basis data. Setiap model DBMS menyelesaikan tujuan-tujuan berbeda, namun beberapa fitur khas termasuk: (1) Program pembangunan, (2) Backup dan pemulihan, (3) Penggunaan database pelaporan dan (4) Akses database.
Data Definisi Bahasa
Data definisi bahasa (DDL) adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk mendefinisikan database fisik ke DBMS. Definisi ini mencakup nama-nama dan hubungan dari semua elemen data, catatan, dan file yang merupakan database. DDL mendefinisikan database pada tiga tingkat yang disebut views: pandangan internal, pandangan konseptual (skema), dan tampilan pengguna (subschema)
Bahasa Manipulasi Data
Bahasa manipulasi data adalah bahasa pemrograman kepemilikan yang digunakan oleh DBMS tertentu untuk mengambil, memproses, dan menyimpan data.
Bahasa Permintaan Data
Bahasa permintaan data dari IBM telah menjadi bahasa query standar untuk DBMS mainframe dan mikrokomputer. SQL merupakan bahasa generasi keempat dan bahasa nonprocedural dengan banyak perintah yang memungkinkan pengguna untuk memasukkan, mengambil dan memodifikasi data dengan mudah.
Administrator Basis Data
DBA bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya basis data. Penggunaan basis data secara bersama-sama oleh banyak pengguna memerlukan koordinasi, peraturan, dan petunjuk untuk melindungi integritas basis data.

A.      Model Basis Data Relasional
Sistem disebut relasional jika:
1.       Menyajikan data dalam bentuk tabel dua dimensi
2.       Mendukung fungsi - fungsi aljabar relasional yaitu batasi, proyeksikan dan gabungan.
Meskipun batasi, proyeksikan dan gabungan bukan merupakan serangkaian fungsi lengkap, ini adalah subrangkaian yang mencukupi untuk kebanyakan kebutuhan informasi bisnis.
Konsep Basis Data Relasional
1.       Entitas, Pemunculan dan Atribut. Entitas adalah segala sesuatu yang digunakan oleh organisasi untuk menagkap data. Pemunculan gigunakan untuk mendeskripsikan jumalh contoh atau record yang berkaitan dengan entitas tertentu. Atribut adalah elemen data yang mendefinisikan entitas.
2.       Asosiasi dan Kardinalitas. Garis berlabel yang menghubungkan dua entitas dalam model data mendeskripsikan sifat asosiasi di antara mereka. Kardinalitas adlah derajat asosiasi di antara dua entitas.
3.       Tabel Basis Data Fisik. Tabel basis data fisik dibentuk dari model data, di mana setiap entitas dalam model ditransformasikan ke tabel fisik yang terpisah.
4.       Hubungan Antara Tabel-Tabel Relasional. Tabel-tabel yang berhubungan secara logis harus terhubung secara fisik untuk mencapai asosiasi yang dideskripsikan dalam model data.
5.       Tampilan Pengguna. Didefinisikan sebagai serangkaian data yang dilihat oleh pengguna tertentu. Tampilan bisa bersifat digital atau fisik, namun semuanya berasal dari tabel basis data.
Anomali Basis Data
1.       Anomali Pembaruan, dihasilkan dari redundansi data (data yang berlebihan) dalam tabel yang tidak dinormalisasi.
2.       Anomali Sisipan, Untuk menunjukkan damapk anomaly penyisipan, asumsikan bahwa seorang pemasok telah memasuki pasar.
3.       Anomali Penghapusan, melibatkan penghapusan yang tidak disengaja atas data dalam tabel.
Peraturan Normalisasi Data
        Proses normalisasi yang memeriksa ketergantungan penyebab anomaly secara formal disebut kelompok berulang, ketergantungan parsial, dan ketergantungan transitif. Dengan kata lain, eliminasi ketiga anomaly ini melibatkan sebuah proses yang secara sistematis memecah tabel-tabel kompleks menjadi tabel yang relative kecil yang memenuhi dua kondisi:
1.       Semua atribut nonkunci dalam tabel itu bergantung pada kunci primer.
2.       Semua atribut nonkunci tidak bergantung pada atribut nonkunci lainnya.
Akuntan dan Normalisasi Data
        Normalisasi basis data merupakan seluruh masalah teknis yang biasanya menjadi tanggung jawab seorang ahli atau professional sistem. Namun demikian, normalisasi basis data memiliki implikasi untuk pengendalian internal yang menjadi perhatian akuntan juga.
B.      Mendesain Basis Data Relasional
          Bagian ini membahas langkah-langkah yang terkait dalam pembuatan basis data rasional. Bgaian awal biasanya mencakup banyak pekerjaan yang mengidentifikasi secara terperinci elemen - elemen utama dari sistem yang dikembangkan. Dengan latar belakang ini, ada enem tahap utama dalam desain basis data.
1.       Mengidenfikasikan entitas, mencangkup analisis peraturan bisnis dan kebutuhan informasi dari semua pengguna.
2.       Membuat model data yang menunjukkan asosiasi entitas, mencangkup peraturan bisnis.
3.       Menambahkan kunci primer dan atribut ke model, Analis harus memilih kunci primer yang secara logis mendefinisikan atribut nonkunci dan secara unik mengidentifikasi setiap kemunculan dalam entitas dan setiap atribut harus muncul secara langsung atau tidak langsung dalam satu atau beberapa tampilan pengguna.
4.       Menormalisasi model data dan menambahkan kunci luar, menyajikan model data yang dinormalisasi.
5.       Membuat basis data fisik, menghubungkan tabel-tabel dengan garis putus-putus.
6.       Menyiapkan tampilan pengguna, memungkinkan perancang sistem untuk menciptakan tampilan pengguna dengan mudah dari tabel.
C.      Basis Data Dalam Lingkungan Terdistribusi
          Dalam hal ini, perencana sistem memiliki dua pilihan dasar; basis data dapat disentralisasikan atau dapat didistribusikan. Basis data terdistribusi memiliki dia ketegori; basis data teepartisi dan tereplikasi.
Basis Data Tersentralisasi
          Berdasarkan pendekatan basis data tersentralisasi, pengguna dari jarak jauh mengirim permintaan melalui terminal untuk data yang terdapat di situs sentral, yang memproses permintaan dan mengirimkan data kembali ke pengguna
Basis Data Terdistribusi
Basis data terdistribusi dapat didistribusikan dengan menggunakan teknik partisi atau replikasi.
1.       Database Partisi Pendekatan database partisi membagi database sentral dalam segmen-segmen atau partisi yang didistribusikan ke para pemakai utama mereka. Keunggulan pendekatan ini adalah:
o     Kontrol terhadap pemakai ditingkatkan karena data disimpan dalam situs-situs lokal.
o     Waktu tanggap pemrosesan transaksi diperbaiki dengan mengizinkan lokal mengakses data dan mengurangi volume data yang harus ditransmisi di antara situs.
o     Database partisi dapat mengurangi potensi kehancuran. Dengan menempatkan data di beberapa situs, hilangnya sebuah situs tidak akan menghapus semua data yang diproses oleh organisasi.
2.       Database Replikasi Pada sebagian organisasi, seluruh database dibuat tiruannya di setiap situs. Database replikasi efektif untuk perusahaan-perusahaan yang tingkat pemakaiannya bersama untuk data-data yang tinggi tetapi tidak ada pemakai utama. Karena data yang sama dibuat tiruannya di setiap situs, lalu lintas data di antara situs banyak berkurang.
                Pembenaran pertama untuk sebuah database replikasi adalah untuk mendukung query-query hanya untuk dibaca (read only queries). Dengan data yang ditiru (direplikasi) untuk setiap situs, akses data untuk tujuan bertanya dipastikan, selain untuk penguncian dan penundaan karena lalu lintas jaringan diminimalkan.
Pengendali Bersamaan
          Pengendali bersamaan adalah hadirnya data yang lengkap dan akurat di semua situs. Para perancang sistem harus menggunakan metode-metode untuk memastikan bahwa transaksi yang diproses di setiap situs secara akurat dicerminkan dalam basis data di situs-situs lainnya. Metode yang biasa digunakan untuk pengendali bersamaan adalah dengan membuat urutan transaksi dengan time-stamping (pemberian cap waktu)
Basis Data Terdistribusi dan Akuntan
          Keputusan untuk mendistribusikan basis data adalah keputusan yang harus dipikirkan dengan baik. Ada banyak masalah dan pertukaran yang harus dipertimbangakn. Sebagian pertanyaan paling dasar antara lain:
·         Apakah data harus diorganisasikan secara terpusat atau terdistribusi?
·         Jika yang diinginkan adalah distribusi data, basis data harus direplikasi atau dipartisis?
·         Jika direplikasi, basis data harus direplikasi seluruhnya atau sebagain saja yang direplikasi?
·         Jika basis data akan dipartisi, bagaimana segmen-segmen data harus dialokasikan di antara situs?

Konstruksi Teori Akuntansi

Suatu disiplin ilmu dapat dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin tersebut memiliki status keilmuan yang jelas. Hal ini dikarenakan status keilmuan yang jelas akan memperkokoh keberadaaan atau eksistensi ilmu itu sendiri, manakala disiplin tersebut mendapat pengujian secara ilmiah. Status keilmuan suatu disiplin, menunjukkan kesiapan disiplin ilmu tersebut untuk diuji secara empiris. Teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala atau peristiwa dalam akuntansi. Seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Seperangkat hipotesis tersebut merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Dengan demikian, status teori akuntansi akan menjadi ilmiah setara dengan pengertian teori dalam astronomi, ekonomika, fisika , biologi dan sebagainya.
Akuntansi dapat dipandang sebagai praktek dan teori, hal ini pada akhirnya dapat bermanfaat pada berbagai bidang karena laporan keuangan digunakan sebagai pengambil keputusan. Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara merupakan suatu hasil rancangan dan pengembangan untuk mencapai suatu tujuan sosial tertentu. Praktik akuntansi  tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti faktor social, ekonomi, politis, dsb. dan hal itu menyebabkan praktik akuntansi dalam suatu wilayah negara tertentu bisa tidak sama dengan praktik akuntansi di negara lainnya.Untuk melaksanakan suatu praktek yang baik, tidak cukup hanya mempelajari akuntansi secara praktik. Karena dibalik praktik akuntansi terdapat berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan, dsb, yang semuanya terangkum dalam teori akuntansi.
Teori merupakan kristalisasi dari fenomena empiris yang terjadi yang digambarkan dalam bentuk dalil – dalil dan disajikan dalam bentuk kalimat – kalimat pendek yang berlaku secara umum. Teori akuntansi dapat bermanfaat apabila rumusan teori itu dapat dijadikan sebagai alat untuk meramalkan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Teori Akuntansi dapat memberikan penjelasan mengenai praktik akuntansi, menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang melatarbelakangi penerapan suatu metode dalam praktik akuntansi.
Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang didasarkan atas metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian pertama, Asumsi – asumsi klasik termasuk definisi variabel – variabelnya dan logika yang menghubungkan antara variabel tersebut. Kedua, himpunan hipotesis – hipotesis yang penting. Sedangkan hipotesis merupakan anggapan awal dari fenomena atau masalah yang akan di analisis. Tujuan dari Teori Akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi. 
Teori Akuntansi adalah konsep, definisi, serta dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antarvariabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang akan muncul. Teori akuntansi sendiri merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan mengapa praktik akuntansi berjalan seperti yang ada sekarang. Pada awal prakteknya bahkan sampai beberapa tahun kemudian tidak ada teori akuntansi. Oleh karena itu, selama tidak adanya struktur teori akuntansi formal maka yang terjadi adalah banyaknya alternatif metode pencatatan yang berlaku dalam praktiknya, semua diizinkan sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Oleh karena itu preskripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah – masalah khusus. Secara umum, fungsi utama dari Teori Akuntansi adalah untuk memberikan kerangka pengembangan ide – ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi.
A.    Teori Pragmatis                                                                                                         
Teori pragmatis menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannyaHal ini sekarang sesuai untuk mempertimbangkan beberapa teori akuntansi dan mengklasifikasikannya sesuai dengan diskusi umum kami dari formulasi teori pada bab 2. Tinjauan ini jauh dari lengkap dan, dengan kebutuhan singkat.Banyak diskusi yang dikembangkan dan dibahas secara lebih rinci pada bab-bab berikut. Tujuan utama dari bab ini adalah untuk memberikan beberapa wawasan: bagaimana teori akuntansi secara historis telah dirumuskan.
1.      Metode Deskriptif
Mungkin metode tertua dan paling universal pengembangan teori akuntansi adalah dengan menggunakan deskriptif pragmatik.Dengan metode ini, kami terus mengamati perilaku akuntan untuk menyalin prosedur akuntansi dan prinsip-prinsip. Dengan demikian, itu adalah pendekatan induktif untuk pengembangan teori akuntansiadalah cara yang populer untuk belajar keterampilan akuntansi sampai cukup akhir-akhir ini, seorang akuntan yang telah dilatih dengan magang atau diberi artikel untuk berlatih akuntan selama beberapa tahun.
            Ada beberapa kritik dari pendekatan ini untuk teori konstruksi.Pertama, hal ini diklaim bahwa tidak ada penilaian logis dari tindakan akuntan.Hal ini belum tentu bahwa dalam caraperhitungan akuntan di mana ia harus menghitung dan tidak ada penilaian analisis mengenai kualitas tindakannya atau perhitungan yang dibuat.Kedua, metode ini tidak memungkinkanperubahan, karena hal ini melingkar dalam pendekatan.Teknik akuntansi tidak pernah diragukan, mereka diabadikan oleh generasi penerus dari pengamat akuntansi pragmatis. Kesimpulannya adalah, tentu saja dalam kaitannya dengan teori normatif tentang bagaimana.Akuntansi harus menjadidilakukan daripada teori pragmatis yang menggambarkan praktek dunia nyata.
2.      Metode Psikologis
Pendekatan lain yang pragmatis adalah untuk mengamati reaksi pengguna untuk output keuangan, Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi sesuai dengan aturan sintaksis yang berbeda yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan, (misalnya sistem akuntansi inflasi yang berbeda,Laporan ini kemudian diterima oleh pengguna Jika penerima bereaksi, maka hal ini diambil sebagai bukti bahwa laporan keuangan yang ‘berguna’ dan berisi informasi yang relevan `Namun, ada beberapa masalah. Beberapa penerima dapat bereaksi secara logis.orang lain mungkin memiliki tanggapan sebelum dikondisikan dan yang lain mungkin tidak bereaksi ketika mereka lakukan. Sebuah perbaikan dari pendekatan ini menyesuaikan untuk alasan ini dengan berkonsentrasi pada teori keputusan dan bukan tanggapan dari pengambil keputusan individu. Dengan kata lain, hanya akuntansi logis dan didefinisikan dengan baik, teori-teori yang melibatkan pengukuran atribut akuntansi yang dikembangkan dan diuji.
B.     Teori Sintaksis dan Semantik
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu. Teori-teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori praktek akuntansi tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model Ijiri, model ini menerangkan praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada sistem biaya historis/ harga perolehan (historical cost system). Diperlukan untuk memperoleh pandangan yang lebih luas tentang praktek yang sedang berlangsung. Teori ini memungkinkan untuk dievaluasi secara lebih tepat, juga memungkinkan pengevaluasian terhadap praktek-praktek yang ada, yang tidak sesuai dengan teori tradisional. Teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi dapat diuji untuk melihat konsistensi logis dalam teori itu, atau untuk melihat apakah teori-teori itu bener-bener dapat meramalkan apa yang dikerjakan akuntan.
            Teori semantik diperlukan untuk memberikan pengertian tentang konsep-konsep  akuntansi sehingga sehingga penafsiran konsep-konsep oleh pembuat (akuntan) sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntansi. Pada umumnya, konsep akuntansi tidak dapat diinterpretasikan dan tidak mempunyai arti selain sebagai hasil prosedur akuntansi itu sendiri. Misalnya, laba merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas beban, setelah diterapkan suatu aturan untuk mengukur pendapatan dan beban.
C.    Teori Normatif
Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”.
Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.
Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih berkonsentrasi pada:
-          Penciptaan laba sesungguhnya (true income)
Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.
-          Pengambilan keputusan (decision usefulness)
Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.
Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dankemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan:
Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan pemakaian teori normatif oleh semua pihak.
D.    Teori Positif
Selama tahun 1970-an teori akuntansi menerapkan metode empiris yang juga disebut sebagai metodologi positif atau empiris berarti pengujian, atau hipotesis atau teori akuntansi harus dikembalikan sesuai fakta dan kejadian yang ada dalam dunia nyata. Fokus utama kajian akuntansi positif adalah pada pengujian empiris beberapa asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritis akuntansi normatif. Contohnya dengan menggunakan kuisioner dan teknik survei lainnya, sifat atau bentuk dari manfaat teknik-teknik akuntansi yang berbeda akan ditentukan.
            Perbedaan utama antara teori positif dan normatif adalah teori normatif bersifat preskriptif sedangkan teori positif bersifat deskriptif, penjelasan atau prediksi. teori normatif menuntun utnuk memerintah bagaimana akuntan seharusnya bertindak untuk meraih outcome yang dianggap baik, cocok dan adil dan sebagainya. Sedangkan teori positif menggambarkan bagaiman seseorang bertindak dengan baik, menjelaskan mengapa orang-orang harus bertindak dengan cara tepat.
E.     Perspektif Yang Lain
Pada poin ini,kita akan berfokus pada apa yang mungkin dipertimbangkan yaitu pendekatan ilmiah. pedekatan ini juga digunakan oleh banyak peneliti atau ahli akuntansi dan dipublikasikan di sebagian jurnal atau akuntansi akdemik.perlu diingat bahwa ini didasarkan pada asumsi ontologi yang pasti (cara kita memandang dunia) yang mana berdampak pada epistemologi yang berbeda ( bagaimana kita belajar) dan metodepenelitian ilmiah untuk kajian yang berbeda.
            Pendekatan naturalistik dapat dibandingkan dengan penelitian akuntansi  ilmiah yang lebih cendrerung untuk menggeneralisasi hasil pengujian sejumlah hipotesis dari teori-teori akuntansi umum.penelitan naturalistik berawal adalh untuk menjawab pertanyaan ‘’apa yang terjadi disini?’’tidak menyediakan generalisasi kondisi segmen –segmen kondisi yang luas.
Pendekatan penelitian umumnya digambarkan sebagai pendekatan ‘ilmiah’ dan merupakan pendekatan yang dominan saat ini digunakan oleh para peneliti di bidang akuntansi, khususnya di Amerika Serikat. Penting untuk dicatat bahwa itu didasarkan pada asumsi ontologis tertentu (cara kita memandang dunia), yang menyiratkan epistemologi yang berbeda (cara kita mengumpulkan pengetahuan) dan metodologi penelitian dan metode yang berbeda. Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi jenis masalah penelitian yang diajukan dan hipotesis yang diuji.Hal ini penting bagi para peneliti akuntansi dengan jelas mengenai asumsi yang mendasari penelitian mereka dan untuk mempertimbangkan apakah pendekatan penelitian alternatif yang lebih tepat.Ada tubuh tumbuh sastra, longgar dicap sebagai penelitian naturalistik, yang sangat penting dari pendekatan yang sangat terstruktur diadopsi oleh ‘ilmiah’ peneliti.
F.     Pendekatan ilmiah diterapkan untuk akuntansi “Kesalahpahaman tujuan”
Banyak kesalahpahaman tentang ada upaya untuk menerapkan pendekatan ilmiah untuk akuntansi.Beberapa percaya bahwa upaya ini adalah untuk membuat para ilmuwan dari praktisi akuntansi.Pandangan ini, tentu saja, adalah konyol.Seorang ilmuwan adalah salah satu yang menggunakan metode ilmiah dan, oleh karena itu, terutama peneliti.Profesi medis memberikan analogi yang baik dari perbedaan antara peneliti dan praktisi dan penggunaan dan efek dari metode ilmiah.
            Seorang akuntan yang percaya pada pendekatan ilmiah ingin bukti empiris dan penjelasan logis untuk mendukung praktik akuntansi sehingga praktisi dapat merekomendasikan metode yang paling sesuai untuk situasi yang diberikan berdasarkan bukti ini.Orang menemukan pernyataan yang lebih meyakinkan ketika didukung secara obyektif, bukti empiris dari pernyataan berdasarkan rasionalisasi hanya bisa diperdebatkan. Bahkan, akuntan sering tidak yakin tentang keabsahan apa yang mereka diarahkan untuk meresepkan.
Kesalahpahaman umum  laintentang penerapan pandangan ilmiah dalam akuntansi adalah bahwa ‘kebenaran mutlak’ yang diinginkan, yang tentu saja tidak mungkin. Oleh karena itu berpendapat bahwa itu adalah sia-sia untuk mencari apa yang tidak mungkin. Argumen seperti itu didasarkan pada kesalahpahaman bahwa ilmu pengetahuan mengetahui kebenaran mutlak.Metode ilmiah yang tidak sempurna.Ini adalah penemuan manusia untuk membantu kami memastikan apakah pernyataan harus dianggap benar atau tidak. Struktur dari proses di mana penentuan ini dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada yang dapat mengklaim kebenaran mutlak dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kebenaran ilmiah bersifat sementara.Sebuah pernyataan atau teori keuntungan status `kebenaran ‘hanya setelah para ilmuwan di daerah dari mana teori berkembang memutuskan bahwa bukti cukup persuasif.Sejarah ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa substitusi, penyesuaian dan modifikasi dari teori yang dibuat terang dalam bukti baru.Misalnya, teori Newton memberi jalan untuk teori relativitas Einstein. Dalam pandangan dari apa yang kita katakan, kita harus memiliki konsepsi yang kurang idealis dari syarat ‘kebenaran’ dan ‘fakta, dalam ilmu pengetahuan.