Rabu, 01 Januari 2014

MEASUREMENT OF VARIABLES: OPERATIONAL DEFINITION

BAGAIMANA MENGUKUR VARIABEL
Dalam menguji hipotesis bahwa keanekaragaman di tempat kerja memengaruhi efektivitas organisasi, peneliti harus mengukur keragaman tenaga kerja dan efektivitas organisasi. Pengukuran adalah penempatan nomor atau symbol lain dengan karakteristik (atau atribut) dari sifat objek dengan aturan yang spesifik.Atribut objek dapat diukur secara fisik melaui instrumen kalibrasi tanpa menimbulkan masalah pengukuran. Pengukuran atribut yang lebih abstrak dan subyektif rupanya lebih sulit.
OPERASIONALISASI DARI VARIABEL
Salah satu teknik yakni mengurangi gagasan yang abstrak atau konsep untuk perilaku atau karakteristik yang dapat diobservasi. Pereduksian konsep abstrak sehingga dapat diukur secara nyata atau berwujud disebut operasionalisasi konsep.
Operasionalisasi dilakukan dengan tinjauan pada dimensi tingkahlaku atau properti yang dimiliki oleh konsep tersebut. Konsep tersebut diterjemahkan ke dalam elemen-elemen yang dapat diukur sehingga dapat dikembangkan sebuah indeks pengukuran dari konsep tersebut.
Tahapan-tahapan operasionalisasi yakni:
  • Menemukan definisi dari gagasan yang ingin diukur.
  • Memikirkan isi dari pengukuran yaitu instrument (satu atau beberapa item atau pertanyaan) sebagai pengukuran aktual dari konsep yang ingin diukur untuk pengembangan. Kemudian, format respon dibutuhkan.
  • Menilai keabsahan dan keandalan dari skala pengukuran.

Oprasionalisasi : Dimensi dan elemen
Sebuah contoh konsep yang memiliki lebih dari satu dimensi adalah agresi. Agresi memiliki dua dimensi;agresi verbal dan agresi fisik. Karena itu agresi termasuk perilaku seperti berteriak dan mengumpat ke orang (agresi verbal), juga melempar benda, memukul tembok, dan melukai orang lain secara fisik (agresi fisik).  Pengukuran yang valid tentang agresi harus memasukkan item yang mengukur agresi verbal dan agresi fisik. Pengukuran yang hanya memasukkan item agresi verbal atau hanya memasukkan item agresi fisik tidak akan valid jika tujuan peneliti adalah mengukur agresi. Pengukuran yang valid memasukkan pertanyaan kuantitatif yang dapat diukur atau item yang dapat merepresentasikan asal atau keseluruhan konsep .Jika konsep memiliki lebih dari satu asal atau dimensi, maka peneliti harus yakin bahwa pertanyaan atau item yang merepresentasikan dimensi ini dimasukkan dalam pengukuran.
Operasionalisasi ( Multidimensional) Konsep Motivasi Berpencapaian
Misalkan peneliti tertarik untuk membangun hubungan antara gender dengan motivasi berpencapaian. Peneliti harus mengukur baik gender maupun motivasi berpencapaian. Mengukur gender tidak akan sulit, namun mengukur motivasi berpencapaian akan cukup sulit, karena konsep ini abstrak dan subjektif secara alamiah. Untuk Alasan ini peneliti harus menduga motivasi berpencapaian dengan mengukur dimensi perilaku, aspek atau karakteristik yang diharapkan akan ditemukan pada orang dengan motivasi berpencapaian yang tinggi. Tanpa mengukur dimensi ini peneliti tidak akan sampai pada kesimpulan hubungan gender dan motivasi berpencapaian.
Setelah menentukan konsep, langkah selanjutnya dari pengukuran konsep yang abstrak seperti motivasi berpencapaian adalah dengan menelaah literatur untuk mencari pengukuran – pengukuran yang ada untuk objek tersebut.
Manfaat Penggunaan skala pengukuran yang sudah ada sebagai berikut:
1.       Menghemat banyak waktu dan energi.
2.       Memungkinkan peneliti untuk memeriksa penemuan peneliti lain dan membangun penelitian diatas penelitian lain.
Karena itu, saat peneliti ingin mengukur sesuatu dan menggunakan pengukuran tersebut peneliti harus melihat apakah hal tersebut sudah pernah diukur atau belum. Peneliti harus mendokumentasikan penggunaan skala pengukuran yang sudah ada dengan tepat.
Dimensi dan Elemen Motivasi Pencapaian
Apa saja dimensi perilaku, aspek, atau karakteristik yang peneliti perkirakan ada pada orang yang memiliki motivasi pencapaian yang tinggi? Mereka mungkin mempunyai karakteristik dibawah ini, yang disebut dimensi:
a.       Mereka dikendalikan oleh pekerjaan. Mereka akan bekerja sepanjang hari untuk mendapatkan kepuasan atas pencapaian dan kesempurnaan.
b.       Banyak dari mereka umumnya tidak memiliki hasrat untuk bersantai dan memberikan perhatiannya pada aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
c.        Karena mereka selalu ingin mencapai dan menyelesaikan, mereka akan memilih untuk bekerja sendiri dibanding bekerja dengan orang lain.
d.       Dengan pikiran dan hati yang tertuju pada pencapaian dan pencapaian, mereka akan cenderung terikat pada pekerjaan yang lebih menantang.
e.       Mereka akan tertarik untuk mengetahui bagaimana perkembangan mereka dalam pekrjaan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang dengan motivasi pencapaian yang tinggi akan menggerakkan diri sendiri untuk tekun bekerja, susah merasa rileks, lebih suka bekerja sendiri, memilih pekerjaan yang menantang, dan mengharapkan umpan balik.

·         Elemen Dimensi 1
Kita dapat menjelaskan perilaku seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang semacam itu akan (1) bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, (3) tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur. Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam yang karyawan gunakan untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat kerja, dan di rumah di mana sangat mungkin mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Dengan demikian, jumlah jam yang diberikan untuk pekerjaan akan menjadi sebuah indeks yang mengungkapkan seberapa pekerjaan “menggerakkan” mereka.
·         Elemen Dimensi 2
Tingkat ketidakinginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan seperti :
1.         Berapa sering anda memikirkan pekerjaan ketika tidak sedang berada di tempat kerja ?
2.         Apa hobi anda ?
3.         Bagaimana anda menghabiskan waktu ketika tidak di tempat kerja ?
Mereka yang dapat bersantai akan menunjukkan bahwa biasanya tidak memikirkan pekerjaan atau tempat kerja ketika di rumah, menghabiskan waktu melakukan hobi, menikmati aktivitas saat senggang, serta menggunakan waktu libur bersama keluarganya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya, dan lainnya. Jadi, kita bisa menempatkan karyawan pada sebuah kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat dapat bersantai ke yang sedikit bersantai. Dimensi ini kemudian juga bisa diukur.

·         Elemen Dimensi 3
Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Meskipun orang bermotivasi pencapaian dalam organisasi mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan tersebut, ada kemungkinan orang di organisasi  yang tidak memiliki motivasi pencapaian. Orang pada kategori terakhir, bukannya tidak efektif, entah dalam diri mereka sendiri atau menurut orang lain, dan mungkin cukup ingin untuk bekerja dengan hampir semua orang. Jadi, ketidaksabaran terhadap ketidakefektifan juga bisa diukur dengan mengamati perilaku.
·         Elemen Dimensi 4
Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Sejumlah deskripsi pekerjaan yang berbeda dapat diberikan-beberapa mewakili pekerjaan yang bersifat rutin dan lainnya dan mengandung gradasi tantangan tertentu di dalamnya. Preferensi karyawan terhadap jenis pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kesatuan yang membentang dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang kian sulit.
·         Elemen Dimensi 5
Dengan menelusuri seberapa sering individu mencari umpan balik dari orang lain selama periode waktu tertentu-katakanlah, beberapa bulan-karyawan bisa kembali ditempatkan dalam suatu kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat sering mencari umpan balik hingga yang tidak pernah mengharapkan umpan balik dari siapapun pada waktu apapun.
Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan ukuran serupa, sehingga memungkinkan pengulangan atau peniruan (replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang terjadi karena kelalaian mengenali atau mengkonsepkannya, dan (2) menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan.
Mendefinisikan konsep secara oprasional adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Tetapi benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh perilaku individu dalam cara tertentu, bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan terlalu sulit dilakukan dan memakan waktu. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu,peneliti  bisa meminta mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan  mengajukan pertanyaan tepat yang bisa direspon pada skala tertentu yang telah disusun.
Apa Yang Tidak Termasuk Operasionalisasi
Definisi operasional tidak menjelaskan korelasi konsep. Misalnya, kesuksesan kinerja tidak dapat menjadi sebuah dimensi dari motivasi pencapaian, meskipun demikian, seseorang yang bermotivasi sangat munkin memenuhi hal tersebut dalam ukuran yang tinggi. Dengan demikian, motivasi pencapaian dan kinerja dan/atau kesuksesan mungkin berkorelasi tinggi, tetapi kita tidak mengukur level motivasi seseorang melalui kesuksesan dan kinerja. Secara lebih rinci, seseorang dengan motivasi pencapaian tinggi bisa saja gagal karena suatu alasan, yang mungkin diluar kendalinya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sukses. Dengan demikian, jika peneliti menilai motivasi pencapaian orang tersebut dengan kinerja sebagai ukuran, peneliti akan mengukur konsep yang salah.
Mendefinisikan sebuah konsep secara oprasional tidak meliputi penguraian alasan, latar belakang,konsekuensi, atau korelasi konsep. Sampai tingkat tertentu menjelaskan karakteristik yang dapat diobservasi agar konsep dapat diukur. Penting untuk mengingat hal ini, kerena jika peneliti mengoprasionalkan konsep secara tidak tepat atau mengacukannya dengan konsep lain, peneliti tidak akan memperoleh ukuran yang valid.
Tinjauan Operasionalisasi
Operasionalisasi penting untuk mengukur konsep abstrak seperti hal-hal yang biasanya berkaitan dalam wilayah subjektif seperti perajektif perasaan dan sikap. Variabel yang lebih objektif seperti usia atau tingkat edukasi mudah untuk diukur melalui pertanyaan langsung,sederhana,dan tidak perlu didefinisikan secara oprasional. Untungnya ukuran untuk banyak konsep yang relevan dengan konteks organisasi telah disusun oleh peneliti.nal
DIMENSI INTERNASIONAL DARI OPERASIONALISASI

Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk mengingat bahwa variabel tertentu memiliki arti dan konotasi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya, istilah “cinta” yang memunculkan beberapa penafsiran pada budaya yang berbeda dan memiliki paling sedikit 20 interpretasi yang berbeda di bebepaa negara. Demikian pula, konsep “pengetahuan” sama dengan “jnana” di beberapa budaya Timur dan ditafsirkan sebagai “realisasi Maha Kuasa” Oleh karena itu, bijaksana bagi para peneliti yang berasal dari suatu negara yang berbicara dengan bahasa yang berbeda untuk merekrut bantuan ahli - ahli lokal untuk mengoperasionalkan konsep tertentu saat melakukan penelitian silang budaya.

1 komentar: