Teori Pragmatisme
Teori ini menekankan pada pengaruh
laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan
dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan
pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan
kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok
sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak
eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para
akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai
pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi
alternatif dan media pelaporannya.
Teori pragmatis terbagi menjadi 2
bagian, yaitu :
1.
Deskriptif.
Pendekatan pragmatis deskriptif terhadap kontruksi
teori akuntansi adalah sebuah pendekatan induktif yang didasarkan pada
observasi berkelanjutan terhadap perilaku dari akuntan dalam menyalin prosedur
dan prinsip-prinsip akuntansi mereka, selanjutnya teori dapat dikembangkan
melalui observasi terhadap bagaimana akuntan bertindak pada situasi tertentu.
Teori dapat diuji dengan mengamati apakah akuntan benar-benar bertindak sejalan
dengan teori tersebut.Terdapat beberapa aspek yang dapat dikritisi dalam teori
ini, yaitu pendekatan deskriptif ini tidak termasuk analisis terhadap kelayakan
suatu kualitas tindakan akuntan.
2.
Psikologis.
Bertolak belakang dari pendekatan sebelumnya,
pendekatan pragmatis psikologis membutuhkan teori untuk mengamati respon
pengguna terhadap output akuntan (seperti laporan keuangan). Reaksi dari
pengguna diperlakukan seperti bukti bahwa finansial statement tersebut berguna dan
berisi informasi yang relevan.
Teori Sintetik Dan Semantik
Teori ini berhubungan dengan
struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang
berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi
tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.
Teori-teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori
praktek akuntansi tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model
Ijiri, model ini menerangkan praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada
sistem biaya historis/ harga perolehan (historical cost system). Diperlukan untuk
memperoleh pandangan yang lebih luas tentang praktek yang sedang berlangsung.
Teori ini memungkinkan untuk dievaluasi secara lebih tepat, juga memungkinkan
pengevaluasian terhadap praktek-praktek yang ada, yang tidak sesuai dengan
teori tradisional.
Teori semantik diperlukan
untuk memberikan pengertian tentang konsep-konsep akuntansi sehingga
sehingga penafsiran konsep-konsep oleh pembuat (akuntan) sama dengan penafsiran
para pemakai laporan akuntansi. Pada umumnya, konsep akuntansi tidak dapat
diinterpretasikan dan tidak mempunyai arti selain sebagai hasil prosedur
akuntansi itu sendiri. Misalnya, laba merupakan konsep buatan yang mencerminkan
kelebihan pendapatan atas beban, setelah diterapkan suatu aturan untuk mengukur
pendapatan dan beban.
Teori
Normatif
Disini akuntansi dianggap sebagai
norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau
dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk membenarkan
tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan
bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva
tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative
sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat
deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris,
tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”.
Teori normative hanya menyebutkan
hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji
hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum
menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan
postulat akuntansi.
Perumusan akuntansi normative
mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus
akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya
dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori
normative lebih berkonsentrasi pada:
1.
Penciptaan
laba sesungguhnya (true income)
Teori ini
berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk
aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang
dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.
2.
Pengambilan
keputusan (decision usefulness)
Pendekatan
ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses
pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau
bermanfaat.
Pada
kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba
dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional.
Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena
pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya
merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena
didasarkan pada anggapan:
Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran
· Laba
dan nilai dapat diukur secara tepat
· Akuntansi
keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
· Pasar
tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
· Ada
beberapa pengukur laba yang unik.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat
pribadi yang subyrktif maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji
secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini
biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang
ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan
pemakaian teori normatif oleh semua pihak.
Teori
Positif
Selama tahun 1970-an teori
akuntansi menerapkan metode empiris yang juga disebut sebagai metodologi
positif atau empiris berarti pengujian, atau hipotesis atau teori akuntansi
harus dikembalikan sesuai fakta dan kejadian yang ada dalam dunia nyata. Fokus
utama kajian akuntansi positif adalah pada pengujian empiris beberapa asumsi-asumsi
yang dibuat oleh teoritis akuntansi normatif. Contohnya dengan menggunakan
kuisioner dan teknik survei lainnya, sifat atau bentuk dari manfaat
teknik-teknik akuntansi yang berbeda akan ditentukan.
Perbedaan utama antara teori
positif dan normatif adalah teori normatif bersifat preskriptif sedangkan teori
positif bersifat deskriptif, penjelasan atau prediksi. teori normatif menuntun
utnuk memerintah bagaimana akuntan seharusnya bertindak untuk meraih outcome
yang dianggap baik, cocok dan adil dan sebagainya. Sedangkan teori positif
menggambarkan bagaiman seseorang bertindak dengan baik, menjelaskan mengapa
orang-orang harus bertindak dengan cara tepat.
Perspektif
Lainnya
Pada poin ini, penulis berfokus
pada apa yang dapat dilihat sebagai pendekatan yang sangat terstruktur untuk
formulasi teori—pendekatan ilmiah. Penulis mulai dengan teori yang didasarkan
pengetahuan sebelumnya atau diterima secara ‘ilmiah’ konstruksi teorinya.
Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan teori untuk membangun masalah penelitian
ketika kita mengamati dunia nyata perilaku yang tidak setuju dengan teori, kita
memperlakukan anomali itu sebagai masalah penelitian dan mengungkapkannya
sebagai masalah penelitian yang akan dijelaskan.
Pendekatan naturalistik dapat
dibandingkan dengan penelitian ilmiah ‘akuntansi’, yang lebih rentan terhadap
menggabungkan hasil dari pengujian sejumlah hipotesis dalam rangka membentuk
‘teori umum akuntansi’. Penelitian naturalistik dimulai dari situasi spesifik
dunia nyata, tujuan utama adalah untuk menjawab pertanyaan: “Apa yang terjadi
di sini?”, Bukan untuk memberikan kondisi yang dapat digeneralisasikan untuk
segmen masyarakat luas.
Pendekatan studi kasus dipandang
oleh beberapa peneliti sebagai pemenuhan terbaik peran menjelajahi masalah
penelitian untuk penelitian naturalistik. Tomkins dan Groves tidak setuju
dengan pandangan ini. Mereka melihat pendekatan penelitian naturalistik sebagai
lebih tepat untuk asumsi ontologis yang berbeda. Perbedaan asumsi ontologis
menyiratkan gaya penelitian yang berbeda dan mempengaruhi pertanyaan penelitian
diajukan dan diselidiki. Sebagai contoh, kita dapat melihat akuntansi sebagai
konstruksi sosial. Kita mungkin ingin memahami apa citra diri yang orang
pegang, atau apa yang mendasari asumsi yang mempertahankan pandangan bahwa,
atau bagian apa peran persepsi ini dalam mengendalikan cara mereka melakukan
peran mereka sehari-hari. Ini adalah jenis pertanyaan yang mungkin akan
diteliti menggunakan ontologi subjektif.
Pada poin ini, kita akan berfokus
pada apa yang mungkin dipertimbangkan yaitu pendekatan ilmiah. pedekatan
ini juga digunakan oleh banyak peneliti atau ahli akuntansi dan dipublikasikan
di sebagian jurnal atau akuntansi akdemik.perlu diingat bahwa ini didasarkan
pada asumsi ontologi yang pasti (cara kita memandang dunia) yang mana berdampak
pada epistemologi yang berbeda ( bagaimana kita belajar) dan metodepenelitian
ilmiah untuk kajian yang berbeda.
Pendekatan
Ilmiah Diaplikasikan Ke Akuntansi
Kesalahpahaman
tujuan
Banyak kesalahpahaman tentang upaya
untuk menerapkan pendekatan ilmiah untuk akuntansi. Beberapa percaya bahwa
upaya ini adalah untuk membuat para ilmuwan keluar dari praktisi akuntansi.
Pandangan ini bukanlah tujuan dari pendekatan. Seorang ilmuwan adalah salah
satu yang menggunakan metode ilmiah dan, oleh karena itu, terutama peneliti.
Profesi medis memberikan analogi yang baik dari perbedaan antara peneliti dan
praktisi dan penggunaan dan efek dari metode ilmiah.
Seorang akuntan yang percaya pada
pendekatan ilmiah ingin bukti empiris dan penjelasan logis untuk mendukung
praktik akuntansi sehingga praktisi dapat merekomendasikan metode yang paling
sesuai untuk situasi yang diberikan berdasarkan bukti ini.Orang menemukan
pernyataan yang lebih meyakinkan ketika didukung secara obyektif, bukti empiris
dari pernyataan berdasarkan rasionalisasi hanya bisa diperdebatkan. Bahkan,
akuntan sering tidak yakin tentang keabsahan apa yang mereka diarahkan untuk
meresepkan.
Kesalahpahaman umum lain
tentang penerapan pandangan ilmiah dalam akuntansi adalah bahwa ‘kebenaran
mutlak’ yang diinginkan, yang tentu saja tidak mungkin. Oleh karena itu
berpendapat bahwa itu adalah sia-sia untuk mencari apa yang tidak mungkin. Argumen
seperti itu didasarkan pada kesalahpahaman bahwa ilmu pengetahuan mengetahui
kebenaran mutlak.Metode ilmiah yang tidak sempurna.Ini adalah penemuan manusia
untuk membantu kami memastikan apakah pernyataan harus dianggap benar atau
tidak. Struktur dari proses di mana penentuan ini dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak ada yang dapat mengklaim kebenaran mutlak dalam ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, kebenaran ilmiah bersifat sementara.Sebuah
pernyataan atau teori keuntungan status `kebenaran ‘hanya setelah para ilmuwan
di daerah dari mana teori berkembang memutuskan bahwa bukti cukup
persuasif.Sejarah ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa substitusi, penyesuaian
dan modifikasi dari teori yang dibuat terang dalam bukti baru.
ijin copy yah kak
BalasHapuspaket roaming axis